Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2025

Cerpen - Pelita Di Gubuk Reyot

Gambar
Gubuk reyot itu, berdiri di antara deretan rumah berdinding papan dan atap bocor, menjadi saksi bisu dari perjuangan seorang anak bernama Arya. Di usianya yang baru lima belas tahun, ia sudah mengerti betul arti kata “ bertahan” —bukan sekadar hidup, tapi berjuang untuk tak tenggelam dalam kemiskinan yang menggigit dari pagi hingga malam. Ayahnya, seorang pemulung, pulang dengan tubuh basah oleh peluh dan tas plastik berisi botol-botol kosong yang tak seberapa nilainya. Ibunya, dengan tangan kasar yang mulai mengeras oleh panas wajan dan dinginnya jalanan, menjajakan gorengan dari satu gang ke gang lain. Satu-satunya harapan mereka, satu-satunya cahaya yang menyala di tengah gelapnya hidup, adalah Arya. Buku-buku lusuh yang ia beli dari pasar loak menjadi sahabat sejatinya. Di bawah cahaya redup lampu minyak yang sering berkelap-kelip seperti hendak padam, Arya menyulam mimpi—bukan untuk dirinya semata, tapi untuk orang tua yang telah mengorbankan segalanya. “Aku harus bisa. Aku haru...

Cerpen - Bayangan Di Ujung Senja

Gambar
  Senja di Danau Limboto tak pernah terasa sesunyi hari itu. Langit jingga dipantulkan oleh air yang tenang, tapi di balik keindahan itu, Lintang merasa seolah danau menyimpan duka yang belum selesai. Di beranda rumah kayu tua di Desa Iluta—rumah peninggalan orang tuanya—ia duduk membisu, menatap genangan air yang kian menyusut tiap tahun, seperti kenangan yang perlahan tergerus waktu. Lintang sudah sepuluh tahun meninggalkan Jakarta. Dulu ia jurnalis idealis yang vokal, menggenggam kebenaran layaknya obor. Tapi sejak adiknya, Bara , hilang dalam kerusuhan aksi mahasiswa di ibu kota, semuanya berubah. Ia menanggalkan pena, memutus semua jaringan, dan mengasingkan diri di kampung halaman. Bara adalah segalanya baginya—adik sekaligus sahabat. Sejak orang tua mereka meninggal akibat kecelakaan di Tol Trans-Sulawesi, hanya mereka berdua yang saling menggenggam. Bara, si pemberani yang tak pernah takut bersuara. Bara, yang malam itu berkata dengan mata menyala: “Kak, kalau aku mat...