Cerpen - Bukan Malaikat

Masih kosong. Tak ada satu pun angkot yang sedang mangkal. Tak ada keriuhan sopir dan calo memanggil-manggil calon penumpang. Dan ini berarti aku harus menunggu lebih lama lagi. Keluhku begitu saja tumpah ketika tiba di tempat biasa menunggu angkot untuk pulang. “Makasih om”, ucapku setelah membayar sewa bentor dari tempatku bekerja. Ku edarkan pandangan sejenak mencari tempat berteduh sembari menunggu angkot. Di tempatku biasa menunggu sudah ada om-om bentor yang mangkal di sana. Pandanganku berhenti di bekas pos jaga petugas LLAJ seberang jalan. Di situ kayaknya lebih nyaman. Tanpa menunggu lama aku segera menuju ke sana. Tak jauh. Hanya sekitar 15 meter dari tempatku berdiri. Baru saja ku letakan tas jinjing, angkot langganan ku sudah tiba. Om Asri. Begitulah, kami para penumpang biasa memanggilnya. Kulirik tampilan ponsel. Pukul 14.30. Berarti satu setengah jam lagi aku bisa tiba di rumah. ...